Berkali-kali ibu
mengingatkan Nafil untuk segera sholat Isya. Namun Nafil tak bergeming. Asyik dengan
kartun kesukaannya.
“ Nafil ayo sholat isya dulu!”perintah
ibu
“ Sebentar, bu. Nanti kalo pas iklan langsung solat deh.”
“Kenapa harus menunggu iklan?Hayo
ingat tidak kata pak Ust Zain? Kalau sudah waktunya solat bersegeralah.” ibu
mengingatkan.
“ Iya, bu. Paling sebentar lagi kok!”
Iklan berganti
iklan. Nafil masih duduk manis di depan televisi.
Ibu tampak rapi.
Siap menghadiri pertemuan di balai RT. Ayah masih di kantor. Hari ini ayah
lembur.
“ Nafil ibu PKK dulu ya. Sudah
sholat belum?”
“ Hehe..sekalian kalau kartunnya
selesai saja ya, bu?” pinta Nafil.
“ Tadi bilangnya kalau pas iklan. Sudah berapa kali iklan yang
muncul?” ibu sedikit melotot.
“Iya, buuu. Nafil janji. Setelah
selesai langsung solat.” Nafil pun masih enggan meninggalkan layar televisi.
“Ee..,solat itu ga perlu janji. Memang
sudah kewajiban seorang muslim dan muslimah.”
“ Iya, ibuuuu..Nafil pasti solat kok.”
Dari luar
terdengar suara Bu Har dan Bu Din memanggil.
“ Ya sudah ibu berangkat dulu. Assalamualaikum.”
“ Walaikumsalam.” jawab Nafil dengan
tetap menatap layar televisi.
“ Peettt” lampu tiba-tiba padam.
Ibu belum pulang.
“Haduh..bagaimana
ini.” batin Nafil.
Nafil bukan anak
penakut. Tapi jika harus berlama-lama dalam gelap sendiri, rasa takut itu
lama-lama menyeruak.
“Senter dimana ya.” Nafil bergumam
sambil meraba-raba benda disekitarnya.
Tiba-tiba
terdengar derit pintu.
“Ibuuuuu?” teriak Nafil
Tak kunjung ada
suara balasan.
“Ayah?”
Tapi tidak
mungkin ayah masuk tanpa salam. Nafil mulai bergidik. Jangan-jangan ada maling.
Nafil berjalan
perlahan kearah dapur. Mencari senter. Tiba-tiba suara derit pintu terdengar
lagi. Keringat dingin Nafil mulai keluar.
“ Aaa..ini dia!” senternya ketemu
Dengan gugup
Nafil menyalakan senter. Dan…
“Aaaaaaaaa…..ibuuuuu!!!” teriak
Nafil sambil berlari kearah tak tentu. Ia berkali-kali menabrak benda-benda
yang ada di sekitar.
“Gubrak..”
Nafil terjatuh. Senter terlepas dari tangannya. Nafil tak peduli dengan
senternya. Nafil hanya ingin berlari keluar mencari ibu atau tetangga. Nafil
ketakutan melihat sosok yang ada dihadapannya. Sosok kakek berjenggot panjang.
Nafil berusaha
lari sekuat tenaga dalam kegelapan. Menabrak benda disana sini. Rumah Nafil
tidaklah luas. Tapi ia merasa di depan tidak berujung.
“Ya Allah pintu keluarnya dimana?”dalam
larinya Nafil mulai menangis.
Nafil merasakan
kakek itu terus mengikutinya. Sampai akhirnya Nafil terjerembab. Ketika Nafil
bangkit, tiba-tiba ada tangan yang mencengkram bahunya.
“ Astagfirullah..Yaa Allah tolong..”
Nafil ketakuatan sekali. Siapa kakek itu. Kenapa tiba-tiba muncul.
Cengkeraman itu
semakin kuat. Tubuhnya tergoncang-goncang. Nafil berteriak kencang memanggil
ibu dan ayah. Tapi suara kakek itu tidak kalah keras memanggilnya.
“Nafil ..Nafiiilll!”suara yang berat
dan serak.
Semakin keras
suara itu. Tapi..tunggu!!suara itu,terdengar seperti suara..
“Ayah!”pekik Nafil sambil mengerjapkan
matanya.
“Nafil mimpi buruk ya?”
“Iya, yah. Dikejar-kejar kakek tua.
Sereemmm!!”cerita Nafil
“ Nafil sudah berdoa waktu mau tidur?”
“ …ketiduran, yah. Nafil tidak
sempat berdoa..”
“ Nafil sudah sholat isya belum?”
“ Belum...” Nafil meringis“
“ Beruntung Nafil mimpi buruk. Jadi
Nafil terbangun. Itu tanda Allah sayang sama Nafil. Allah tidak ingin Nafil
melewatkan kewajiban Nafil sebagai seorang muslim.”
“ Berdosa tidak kalau meninggalkan
sholat?” pancing ayah.
“ Berdosa ..”
“ Jadi…?” pancing ayah sekali lagi.
“ Bersegera sholat jika sudah
memasuki waktunya!” Nafil semangat.
“ Supaya..?”
“ Supaya tidak mimpi buruk
lagiiiii!” teriak Nafil sambil lari menuju tempat wudhu.
Ayah tersenyum
melihat tingkah Nafil.