8 Mei 2015

Jika Kesadaran Itu Datangnya Dari Dulu



“Kalau punya anak perempuan kelak akan aku bekali dengan ketrampilan-ketrampilan non akademis..”. Sebuah keinginan yang sangat dalam ya. Tapi sebelumnya harus berusaha dulu untuk mendapatkan anak perempuan karena sekarang baru ada dua lelaki kecil yang meramaikan rumah..hehe (Pingin banget ya punya princess di rumah. *big smile)
Pada dasarnya dua kakak beradik berjenis kelamin laki-laki itu juga tetap akan saya bekali dengan ketrampilan-ketrampilan non akademis. Pertukangan mungkin atau melatihnya berdagang supaya jiwa wirausahanya muncul. Kenapa harus dibekali dan kenapa sepertinya lebih  mewajibkan membekali ketrampilan pada anak perempuan?
Adalah angan-angan yang seharusnya sudah dipikirkan sejak remaja dulu. Bukan terlanjur, tapi hanya sedikit terlambat memikirkannya. (*menghela nafas)
Berasal dari keluarga yang sebagian besar berprofesi sebagai pegawai, pola pikir yang terbentuk pun pola pikir cari “aman”. Tidak perlu memikirkan fluktuasi financial setiap bulannya. Resiko mengalami kebangkrutan pun tidak ada. Kecuali perusahannya yang bangkrut. Itupun sesuai Undang-Undang ketenagakerjaan pekerja masih mendapatkan pesangon. Bekerja di perusahaan, apalagi mempunyai jabatan tinggi pun tampak lebih prestise. Oleh karena itu begitu lulus kuliah langsung sibuk melamar dari satu perusahaan ke perusahaan lain.
Permasalahan muncul ketika memutuskan menikah dan mempunyai anak. Dilema muncul ketika anak pertama lahir. Kala itu masih bekerja di sebuah perusahaan X. Usai cuti melahirkan, berat rasanya ketika harus kembali bekerja dan menitipkan si kecil kepada eyangnya. Tumbuh kembangnya pun banyak yang terlewati. Di sini baru terpikirkan kenapa tidak berwirausaha saja. Bekerja dari rumah sambil merawat dan memantau tumbuh kembang si kecil. Toh sekarang semakin banyak bisnis-bisnis yang bisa dilakukan dari rumah. Media sosial sebagai perantara pun semakin beragam.
Karena tidak punya ketrampilan yang menghasilkan sesuatu yang bisa dijual, maka langkah pertama setelah memutuskan untuk mengundurkan diri adalah mencoba membuka online shop dengan sistem drop ship. Di awal penghasilan lumayan walau tidak sebesar ketika menjadi karyawan. Lumayan daripada tidak ada pemasukan sama sekali. Sedikit namun sebanding karena bisa mengurus anak. Namun karena terbiasa dengan zona nyaman dan pola pikir yang terbentuk adalah pola pikir untuk menjadi seorang pegawai maka semangat survive di dunia perdagangan naik turun. Seringkali terbesit, seandainya dari dulu menyadari bahwa peran sebagai seorang ibu lebih banyak dibutuhkan di rumah, menyadari bahwa berat sekali rasanya ketika harus meninggalkan anak untuk bekerja dan terlebih rasa sesal ketika melewatkan banyak masa tumbuh kembang si kecil, maka dari dulu akan membekali diri dengan ketrampilan. Ketrampilan yang bisa menambah financial yang dapat dikerjakan dirumah.
Karena pengalaman diri sendirilah mengapa jika punya anak perempuan  sekiranya lebih “diwajibkan” untuk diberi bekal ketrampilan. Supaya sukses bekerja walaupun dari rumah.



*Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Menulis “Asyiknya Bekerja dari Rumah”. Saya belum memiliki buku “Asyiknya Bekerja dari Rumah” dan ingin memilikinya untuk menambah wawasan bahwa dari rumah pun pundi-pundi uang bisa dihasilkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar