Bicara mengenai
inspirator atau sosok yang membuat terinspirasi dalam hidupku, sebenarnya cukup banyak. Karena begitu banyak
pula sosok-sosok yang telah berhasil menarik minatku. Dari orang yang biasa
sampai yang sukses. Dari orang yang hanya melakukan hal kecil sampai hebat.
Ketika jaman
masih gadis, wanita karir, kusebut demikian untuk mendefinisikan para wanita yang
memakai blazer rapi, high heels lapan centi, wangi, smart dan punya jabatan
tinggi di perusahan besar, begitu menarik minat dan perhatianku. Sebut saja ada
Miranda Goeltom (waktu belum terkuak skandal jepitnya), Sri Mulyani, Mbak Vira (tetangga yang entah apa jabatannya di tempat
dia bekerja, yang jelas penampilannya menggambarkan “wanita karir” sesuai definisi) dan sederet
wanita-wanita berkedudukan tinggi baik di pemerintahan atau perusahaan. Mereka
tampak begitu smart dan tangguh.
Demi ingin
seperti “wanita karir” itu, begitu lulus kuliah aku langsung melayangkan
lamaran kerja ke berbagai perusahaan besar. Masuk ke dunia kerja dan mulai
meniti karir.
Seperti halnya
ibu kota yang dituduh lebih kejam daripada ibu tiri, dunia kerja tak jauh lebih
kejam daripada ibu kota. Banyak persaingan, tikung menikung untuk mendapatkan
suatu jabatan. Setidaknya itu yang aku amati (masih sekedar mengamati) ketika
masih berambisi mengejar karir.
Namun, seiring
berjalannya waktu, dimana karir di tempat kerja ga naik-naik, ditambah pula
pada akhirnya aku dipinang oleh laki-laki kalem yang begitu mencintaiku..(ehemm..),
keinginan untuk berkarir di dunia kerja mulai menguap. Sang inspirator pun
berubah (yang sebenarnya tanpa aku sadari beliau adalah inspirator abadi) Ibu
ESTININGSIH. Yaa..beliau adalah ibuku. Sosok yang sukses menjadi seorang istri
dan ibu dari dua orang anak. Tanpa pendidikan yang tinggi namun mempunyai
wawasan yang begitu luas, mampu
berkecimpung di dunia politik dan memimpin organisasi. Wanita dengan
banyak kesibukan namun ke dua anaknya tidak pernah terabaikan. Selalu bisa mengatasi
segala kebutuhan dan keribetan anak dan suami. Sungguh, aku ingin sekali
seperti beliau.
eheemmmm...manis banget, kesengsem aku bacanya. Sepakat banget, tak tersadari, justru yang terdekat kita itu yang mengilhami banyak hal. Namun baru trsadari kala mengorek-ngorek ke sana kemari, eh ternyata ada bersama kita puluhan tahun sedari kita belia. Ya IBU...
BalasHapus